Mengintip Wajah Palu dan Donggala Sepekan Sebelum Tsunami
Bencana tsunami yang menyapu kota Palu dan Donggala Sulawesi Tengah masih menyisakan pilu. Maut dan bencana memang rahasia yang Kuasa.
Belum genap 8 hari lalu, saya berkesempatan berkunjung ke kota Palu dan Donggala untuk mendukung aksi Divers Clean Action dan anak-anak muda Palu yang tergabung dalam Seangle untuk memberantas sampah laut di bibir pantai Tanjung Karang Donggala.
Hanya dua hari saya di sana, tapi cukup waktunya untuk berkeliling kota. Karena area kota Palu tidak begitu besar, sehingga tempat-tempat wisata dan area-area kuliner sangat mudah dijangkau.
Area wisata di tempat ini cukup banyak, meskipun terletak berhadapan dengan laut Makassar kota Palu yang berjuluk sebagai kota 5 dimensi ini hampir memiliki segalanya (lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk).
Seperti khasnya pulau-pulau di Timur Indonesia, kota Palu dilimpahi sinar matahari, apalagi posisinya menyentuh garis khatulistiwa membuat kota ini cukup terik dengan curah hujan yang minim. Meski demikian, keindahan kota Palu disebut-sebut mampu membuat para wisatawan berpindah hati dari wisata-wisata di kota lain seperti Bali.
Selama berkeliling Palu, sepanjang mata memandang adalah laut. Di bibir-bibir pantai banyak rumah makan khas saung-saung yang menjual makanan hasil laut yang ramai dikunjungi di malam hari. Musik-musik dari dalam saung terdengar hingga ke jalan raya.
Di pagi hari, banyak masyarakat lokal yang berkunjung untuk berendam ke pantai Kampung Nelayan. Pantai ini konon memiliki kandungan garam laut tinggi seperti di laut mati di negara timur tengah, sehingga masyarakat sekitar meyakini berendam di pantai Kampung Nelayan bisa membawa kesembuhan dan kesehatan.
Di sekitar pantai Kampung Nelayan ini juga warung-warung kecil yang menyewakan kamar mandi dan menjual makanan-makanan khas Palu seperti pisang goreng yang dicocol sambal pedas, bubur kacang hijau, serta sarapan nasi kuning lauk ikan yang dibungkus daun pisang.
Cuaca terik dan menyengat membuat warga kota palu enggan keluar rumah di siang hari. Hal itu yang membuat kota ini selalu terlihat ramai di sore hari menjelang malam.
Ada 3 mall besar di Palu, salah satunya Grand Mall Palu yang punya view food courd langsung menghadap ke laut berwarna biru terang dengan latar belakang bukit-bukit.
Pantai Tanjung Karang Donggala, hamparan pasir putih dengan air bening bagai kaca
Donggala juga tak kalah cantik. Kabupaten dengan penduduk terpadat di Sulawesi Tengah ini memiliki banyak bangunan peninggalan masa penjajahan Belanda yang masih dilestarikan. Terdapat beberapa tempat wisata pantai di Donggala.
Dengan pasir putih membentang dan air laut yang bening bak kaca, tak heran jika pantai ini banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun manca negara. Banyak warga yang bermukim di sekitar pantai. Mereka rata-rata menyewakan vila dan memiliki rumah makan sebagai mata pencaharian.
Saung-saung dan vila di pantai ini disewakan per 12 jam. Harganya cukup beragam, mulai dari Rp150-500 ribu.
Saung-saung dan vila di pantai ini disewakan per 12 jam. Harganya cukup beragam, mulai dari Rp150-500 ribu.
Makanan yang disajikan, tentu saja hasil tangkapan laut. Dari udang, cumi-cumi, dan ikan semua dijual dengan harga yang sangat miring
No comments